TEBO INFOKABARJAMBI.COM – Kasus dugaan pencabulan yang melibatkan dua pria asal Desa Tabun, Tebo, yakni Efi Suhendra dan Aandri, terus menuai kontroversi. Pengadilan Negeri Tebo memutuskan vonis yang sangat berbeda bagi keduanya: Aandri dijatuhi hukuman 8 bulan penjara, sementara Efi Suhendra harus menerima vonis berat 7 tahun penjara. Kasus ini semakin menjadi sorotan setelah keluarga Efi membeberkan sejumlah kejanggalan dalam proses hukum.
Efi dan Aandri dilaporkan oleh tetangga mereka sendiri atas dugaan pencabulan terhadap anak di bawah umur. Menurut keterangan istri Efi, dugaan tindak pidana itu disebut terjadi di toko milik pelapor yang terletak di pinggir jalan Desa Tabun. Namun, yang menjadi tanda tanya besar adalah kasus tersebut memiliki rincian yang sama: lokasi, korban, bahkan tanggal kejadian yang sama, hanya berbeda pada jam kejadian. “Kenapa vonisnya berbeda? Suami saya divonis 7 tahun, sementara Aandri hanya 8 bulan. Adil macam apa itu?” ungkap istri Efi dengan nada geram.
Harryanto, kakak Efi Suhendra, turut angkat bicara dan menyoroti proses hukum yang dinilainya sarat kejanggalan. “Pengadilan Negeri Tebo seolah sakti, bisa memvonis seseorang 7 tahun tiga bulan penjara hanya bermodalkan pakaian dan saksi yang tidak melihat langsung kejadian. Bahkan, hasil visum menunjukkan tidak ada lecet atau tanda terkena benda tumpul pada korban. Kalau begini, bagaimana keadilan bisa ditegakkan?” tegas Harryanto.
Lebih lanjut, Harryanto mempertanyakan logika di balik putusan tersebut. Menurutnya, pengadilan seharusnya memberikan vonis berdasarkan bukti yang kuat dan logis. Namun, dalam kasus ini, dia merasa ada ketidakadilan yang mencolok. “Kasus ini aneh, bukti visum tidak mendukung, tapi adik saya dijatuhi vonis berat. Apakah ini pengadilan atau tempat membuat keputusan sepihak?” tambahnya.(Gun IKJ)
