INFO KABAR JAMBI – Dunia adat Kabupaten Tebo berguncang! Anggota DPRD Tebo dari fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi sorotan tajam setelah berani mangkir dari panggilan sakral Lembaga Adat Melayu (LAM) Jambi terkait dugaan ujaran kebencian. Keputusan yang dianggap menciderai adat ini langsung memicu gelombang kecaman dari berbagai pihak, termasuk politisi senior PDI-P, Aivandri AB.
Dalam pernyataan yang mengguncang jagat perpolitikan Tebo, Aivandri melalui pesan WhatsApp menegaskan bahwa adat bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja. “Adat itu sakral, menyatu dengan sara dan kitabullah,” tegasnya dengan nada yang penuh makna, seolah menggambarkan betapa besar dampak dari pelanggaran ini.
Tak hanya bicara, Aivandri memperingatkan bahwa melanggar hukum adat adalah dosa besar yang tak termaafkan. “Siapa pun yang berani menginjak adat, bersiaplah menerima sanksi adat yang telah diwariskan oleh leluhur kita. Sumpah janji semayo adat adalah kutukan yang tak mengenal belas kasihan!” ujarnya penuh dengan ancaman menggelegar.
Aivandri kemudian menyitir kutukan adat yang bagaikan amarah alam: “Ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak berurat, dan di tengah-tengah tidak akan digirik kumbang!” Sebuah peringatan yang terdengar seperti mantra mistis yang menggema di seluruh pelosok Tebo.
“Adat tak akan pernah lapuk oleh hujan, tak lekang oleh panas,” tutup Aivandri dengan nada penuh kepastian, mengisyaratkan bahwa siapapun yang melanggar adat akan berhadapan dengan kekuatan tak terbendung yang diwariskan turun-temurun.