INFO KABAR JAMBI- Advokat Jay Tambunan, mewakili kliennya Budi Harjo (Acho) dan Henry sebagai tergugat, menanggapi gugatan perdata yang diajukan oleh Pendi di Pengadilan Negeri Kota Jambi terkait sengketa lahan. Dalam agenda sidang Pemeriksaan Setempat (PS), pihak tergugat menunjukkan bukti fisik dan yuridis berupa patok batas tanah resmi dari BPN yang telah ada sejak 1994 dan dibeli oleh kliennya pada tahun 1995. Patok tersebut tetap utuh dan tanah tersebut secara aktif dikelola oleh klien mereka selama puluhan tahun.

Sebaliknya, pihak penggugat, Pendi, dinilai tidak dapat menunjukkan bukti batas-batas tanah secara jelas dalam pemeriksaan lapangan. Anehnya, Pendi justru pernah membangun tembok permanen di batas utara tanahnya yang berdempetan langsung dengan tanah tergugat sejak 2018. Hal ini menjadi indikasi bahwa Pendi memahami secara sadar batas-batas tanahnya saat itu.

Jay Tambunan juga mengungkap bahwa permasalahan ini awalnya muncul bukan dari klaim penyerobotan tanah, melainkan soal dugaan pelanggaran tata ruang pada Maret 2023. Namun setelah laporan tersebut dihentikan pada Mei 2024, Pendi justru mengubah arah perkaranya menjadi gugatan perdata soal dugaan penyerobotan tanah. Perubahan klaim yang mendadak ini dianggap janggal dan terkesan dipaksakan.

Secara historis, pihak tergugat memiliki bukti kuat berupa penguasaan lahan puluhan tahun yang dibuktikan dengan dokumen resmi dan kehadiran fisik patok batas. Sementara penggugat membeli tanah pada 2017, atau lebih dari 20 tahun setelah tanah tergugat didaftarkan, dan baru memperkarakan persoalan ini belakangan. Pihak tergugat menilai gugatan ini mengandung kejanggalan yang perlu dicermati oleh majelis hakim.